Dalam khazanah folklore dunia, ketakutan terhadap roh jahat dan entitas supernatural merupakan benang merah yang menghubungkan berbagai budaya. Di Afrika Timur, khususnya dalam tradisi Swahili, Shetani muncul sebagai personifikasi roh jahat yang mengganggu, sementara legenda Setan Berkuda Tanpa Kulit menggambarkan visi mengerikan dari penunggang kuda yang mengintai di malam hari. Entitas-entitas ini, meski berasal dari konteks geografis yang berbeda, berbagi kesamaan mendasar dengan makhluk-makhluk dalam folklore Indonesia seperti Nyi Roro Kidul, Kuyang, dan Sundel Bolong—semuanya merefleksikan kecemasan manusia terhadap yang tak dikenal dan yang gaib.
Shetani, dalam kepercayaan masyarakat Swahili di Afrika Timur, sering digambarkan sebagai roh jahat atau iblis yang menyebabkan penyakit, kesialan, dan gangguan mental. Kepercayaan ini berakar pada tradisi animisme dan pengaruh Islam, menciptakan entitas yang bisa merasuki manusia dan memerlukan ritual pengusiran oleh dukun atau pemimpin spiritual. Shetani tidak selalu memiliki wujud fisik yang tetap; terkadang ia merupakan kekuatan tak kasat mata yang memanifestasikan melalui perilaku korban. Konsep ini mengingatkan pada roh jahat dalam kepercayaan Indonesia, di mana gangguan spiritual sering dikaitkan dengan makhluk halus yang menghuni tempat-tempat tertentu atau merasuki individu.
Sementara itu, Setan Berkuda Tanpa Kulit adalah figur mengerikan dalam folklore Afrika, sering dikaitkan dengan kisah-kisah dari wilayah seperti Tanzania dan Kenya. Legenda ini menceritakan tentang penunggang kuda yang kulitnya terkelupas, menampakkan otot dan tulang yang berdarah, berkeliaran di malam hari untuk meneror penduduk desa. Visualnya yang menakutkan berfungsi sebagai peringatan moral terhadap perilaku buruk atau pelanggaran tabu sosial. Dalam banyak hal, ia mirip dengan hantu-hantu dalam folklore Indonesia yang memiliki penampilan mengerikan, seperti Sundel Bolong dengan lubang di punggungnya atau Kuyang yang berupa kepala dengan organ dalam tergantung.
Di Indonesia, Nyi Roro Kidul menduduki tempat khusus sebagai Ratu Laut Selatan yang diyakini menguasai Samudra Hindia. Sebagai makhluk air berkepala—atau lebih tepatnya, sosok perempuan cantik dengan kekuatan gaib—ia mencerminkan ketakutan dan penghormatan terhadap laut yang dalam dan misterius. Kepercayaan terhadap Nyi Roro Kidul berbagi tema dengan legenda makhluk air lainnya di dunia, seperti Loch Ness Monster di Skotlandia atau cerita-cerita tentang roh air dalam folklore Afrika. Namun, Nyi Roro Kidul juga memiliki aspek jahat; ia dikenal bisa menenggelamkan orang yang melanggar pantangannya, menghubungkannya dengan konsep roh jahat yang menghukum.
Kuyang, dalam folklore Kalimantan dan Sumatra, adalah contoh lain dari entitas jahat yang menyerupai Shetani dalam fungsinya sebagai pengganggu. Kuyang digambarkan sebagai kepala wanita dengan organ dalam tergantung, terbang di malam hari untuk mencari darah bayi atau wanita hamil. Kepercayaan ini sering dikaitkan dengan praktik ilmu hitam dan sosok penyihir, mirip dengan bagaimana Shetani dikaitkan dengan sihir jahat di Afrika. Baik Kuyang maupun Shetani mewakili ketakutan akan penyalahgunaan kekuatan spiritual dan konsekuensinya terhadap masyarakat.
Banaspati, atau si pembakar, adalah roh jahat dalam kepercayaan Jawa yang muncul sebagai bola api atau sosok berapi, sering dikaitkan dengan kematian tragis atau tempat angker. Ia berbagi karakteristik dengan Setan Berkuda Tanpa Kulit dalam hal penampilannya yang menakutkan dan asosiasinya dengan teror malam hari. Sementara itu, Jelangkung—permainan memanggil roh yang populer di Indonesia—menunjukkan upaya manusia untuk berkomunikasi dengan dunia gaib, suatu tema yang juga ditemukan dalam ritual pengusiran Shetani di Afrika. Keduanya mencerminkan keinginan untuk mengontrol atau memahami kekuatan supernatural yang seringkali dianggap jahat.
Hantu Pontianak dan Sundel Bolong, dua entitas perempuan yang terkenal dalam folklore Indonesia, juga menawarkan paralel dengan roh jahat Afrika. Pontianak, roh wanita yang meninggal saat melahirkan, dikenal meneror laki-laki dengan tawa menakutkan dan kekuatan gaibnya. Sundel Bolong, di sisi lain, adalah hantu wanita dengan lubang di punggungnya, sering dikaitkan dengan kisah-kisah sedih seperti kematian saat hamil atau bunuh diri. Keduanya, seperti Shetani, mewakili roh yang tidak tenang yang mencari balas dendam atau ketenangan, menyoroti tema universal tentang jiwa-jiwa yang terjebak antara dunia.
Folklore Kepulauan Orkney di Skotlandia, dengan cerita-cerita tentang penyihir kakek-nenek dan peristiwa enigmatik, menunjukkan bagaimana ketakutan terhadap roh jahat tidak terbatas pada Afrika atau Asia. Di sana, legenda tentang makhluk air dan hutan terlarang berbaur dengan kepercayaan pada penyihir yang bisa mengubah wujud, mirip dengan konsep Kuyang atau Shetani yang bisa merasuki manusia. Bahkan burung gagak hitam, sering dianggap sebagai pertanda kematian dalam banyak budaya, muncul dalam folklore Orkney sebagai simbol nasib buruk, menghubungkannya dengan peran Shetani sebagai pembawa kesialan.
Pengabdi Setan, sebuah konsep yang muncul dalam cerita rakyat berbagai budaya, termasuk Indonesia dan Afrika, merujuk pada individu yang secara sukarela atau terpaksa melayani kekuatan jahat. Dalam konteks Shetani, pengabdi setan bisa berupa dukun yang menggunakan roh jahat untuk tujuan jahat, sementara dalam folklore Indonesia, istilah ini sering dikaitkan dengan praktik ilmu hitam yang melibatkan Kuyang atau Banaspati. Fenomena ini mencerminkan kecemasan sosial terhadap pengkhianatan dan korupsi spiritual, di mana manusia bersekutu dengan entitas jahat untuk kekuasaan.
Kampung keramat dan hutan terlarang adalah tempat-tempat dalam folklore Indonesia yang diyakini dihuni oleh roh jahat atau makhluk gaib, mirip dengan lokasi-lokasi di Afrika yang dikaitkan dengan Shetani atau Setan Berkuda Tanpa Kulit. Tempat-tempat ini sering menjadi latar untuk cerita-cerita seram dan peringatan terhadap penjelajahan yang tidak hati-hati. Konsep jiwa jahat, baik yang melekat pada tempat atau orang, adalah tema sentral yang menghubungkan semua entitas ini, dari Shetani yang merasuki manusia hingga Sundel Bolong yang menghuni lokasi tertentu.
Mumi, meski lebih sering dikaitkan dengan Mesir kuno, juga muncul dalam konteks tertentu di Afrika dan Indonesia sebagai bagian dari kepercayaan akan kekuatan mayat yang diawetkan. Dalam beberapa tradisi, mumi dianggap memiliki kekuatan gaib atau dikaitkan dengan kutukan, menghubungkannya dengan konsep roh jahat yang tidak tenang. Ini menunjukkan bagaimana ketakutan terhadap kematian dan apa yang ada setelahnya merupakan universal, dimanifestasikan dalam berbagai bentuk entitas supernatural di seluruh dunia.
Dalam perbandingan ini, jelas bahwa Shetani dan Setan Berkuda Tanpa Kulit dari Afrika berbagi banyak karakteristik dengan roh jahat dalam folklore Indonesia. Baik itu Nyi Roro Kidul sebagai penguasa laut, Kuyang sebagai pemangsa malam, atau Sundel Bolong sebagai hantu penasaran, semua merepresentasikan upaya manusia untuk memahami dan mengkategorikan ketakutan terhadap kekuatan gaib. Folklore, pada akhirnya, berfungsi sebagai cermin budaya yang memproyeksikan kecemasan, nilai-nilai, dan peringatan moral masyarakatnya.
Dari sudut pandang antropologi, entitas-entitas ini sering kali muncul dalam konteks lanaya88 link yang menghubungkan dunia nyata dengan yang gaib, seperti dalam ritual atau tempat keramat. Kepercayaan terhadap Shetani atau Kuyang tidak hanya tentang ketakutan, tetapi juga tentang pengaturan sosial—misalnya, dengan melarang perilaku tertentu atau menegakkan norma komunitas. Dalam era modern, meski sains telah menjelaskan banyak fenomena, ketertarikan pada yang supernatural tetap hidup, seperti terlihat dalam popularitas cerita hantu dan legenda urban.
Secara keseluruhan, eksplorasi Shetani dan Setan Berkuda Tanpa Kulit dalam konteks folklore global mengungkapkan betapa dalamnya ketakutan manusia terhadap roh jahat tertanam dalam budaya. Entitas-entitas ini, meski berasal dari benua yang berbeda, berbicara bahasa universal tentang misteri, kematian, dan yang tak diketahui. Baik di Afrika dengan Shetaninya, di Indonesia dengan Nyi Roro Kidul dan Kuyang, atau di Kepulauan Orkney dengan penyihir kakek-neneknya, folklore terus menjadi sarana untuk menghadapi ketakutan tertua umat manusia.
Untuk informasi lebih lanjut tentang topik terkait, kunjungi lanaya88 login yang menyediakan sumber daya tentang budaya dan mitologi. Pemahaman mendalam tentang entitas supernatural ini tidak hanya memperkaya pengetahuan budaya tetapi juga membantu kita menghargai keragaman cara manusia menafsirkan dunia di sekitar mereka. Dari Shetani yang merasuki hingga Sundel Bolong yang mengembara, setiap cerita membawa pelajaran tentang kehidupan, kematian, dan batas-batas realitas kita.